Kamis, 21 Juni 2012
kehidupan anak jalanan
Kehidupan Sosial
1.1 Pengertian Kehidupan Sosial
Manusia pada umumnya membutuhkan rasa untuk berada dan diterima di dalam suatu lingkaran sosial. Teori motivasi dari Abraham Maslow bahkan mengkultuskan kebutuhan ini sebagai salah satu yang kebutuhan manusia yang sangat penting. Di dalam pembahasan umum mengenai teori motivasi dari Maslow, kebutuhan sosial bagi manusia sifatnya sangat psikologis, yang mana sering dikaitkan dengan kebutuhan manusia akan hubungan emosional seperti persahabatan, kekerabatan, rasa kekeluargaan, dan persaudaraan.
Dalam piramida Maslow, kebutuhan sosial ditempatkan di bawah kebutuhan esteem dan kebutuhan aktualisasi diri, yang kalau dilihat lagi secara seksama, semuanya saling terkait. Kebutuhan esteem, misalnya, hanya akan berarti jika pencapaian tersebut diketahui oleh lingkungan sekitarnya. Percaya pada diri sendiri dan kebanggaan adalah sesuatu yang relatif terhadap apa yang kita jumpai dalam kelompok sosial. Begitu pula halnya dengan aktualisasi diri. Kebutuhan akan tujuan hidup, perkembangan pribadi, dan juga realisasi dari potensi diri secara utuh, yang merupakan komponen aktualisasi diri, menjadi sesuatu yang nyata saat di bandingkan dengan konteks lingkungan yang dihadapi. Wujud dari bagaimana orang memenuhi kebutuhan sosialnya sudah kita lihat dari tahun satu pula. Lihat saja perkumpulan sosial ada di mana-mana dari dulu sampai sekarang, dibentuk atas dasar hal-hal ketertarikan, pekerjaan, atau aktivitas yang sama. Sebut saja mulai dari perkumpulan keagamaan, arisan, fans untuk klub-klub olah-raga, sampai bahkan dharma wanita, yang kesemuanya bisa dikategorikan sebagai konektor sosial yang ada di dunia offline. Di era New Wave, kita semakin melihat bahwa teori Maslow ini menjadi semakin kentara, dalam arti semakin mudah bagi siapa pun untuk tampil, mengaktualisasi diri, tampil percaya diri, di lingkungan sosial mereka. Tentunya asal mereka menggunakan konektor sosial yang ada di dunia online dan offline secara cerdas. Dan konektor sosial tersebut tentunya semakin mudah untuk diakses, bagi siapapun, asalkan mau.
Tren hubungan sosial di era New Wave tentunya semakin berkembang.. Tentunya dibantu dengan kehadiran teknologi maju seperti Facebook dan Twitter yang sebelumnya selalu menjadi hal yang paling favorit dikonsumsi di Internet. Hal tersebut sekiranya dapat memberikan indikasi bahwa menjaga hubungan sosial kian menjadi lebih penting. Selain menghubungkan lingkaran komunitas teman, media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita dari luar komunitas tersebut. Informasi yang disebarkan melalui komunitas sosial yang memiliki minat dan cara berpikir serupa akan berfungsi selaku penyaring antara berita yang relevan dengan yang tidak relevan. Ini saat membantu di era dimana kemudahan mendapatkan informasi menjadikan pengguna Internet justru mengalami fenomena information overload. Konektor sosial memang bukan sesuatu yang baru. Komunitas offline yang berfungsi seperti kami jelaskan di atas sudah ada jauh sebelum komputer pertama kali ditemukan. Kekuatan konektor ini seakan dilipatgandakan saat media sosial yang ada di online menjadikan interaksi sosial dapat terjadi secara efisien waktu dan tidak terbatas lokasi. Sehingga kami percaya bahwa konektor sosial ini adalah salah satu kekuatan penghubung utama di dunia New Wave yang semakin horisontal ini. Kehidupan dan hubungan sosial bagi seluruh masyarakat new wave adalah semacam way of life yang sudah sepatutnya diperhatikan oleh marketer di jaman New Wave.
1.2 Sosialisasi sebagai Proses Pembentukan Kepribadian
Sosialisasi tentu saja sangat berpengaruh penting dalam pembentukan suatu kepribadian. Salah satu contoh adalah ketika siswa baru di kelasmu masuk di hari pertamanya, dia belum mengenal siapa pun di kelas itu. Untuk dapat diterima dengan baik oleh warga kelas itu, siswa baru tersebut harus bersosialisasi dengan seluruh warga kelas. Dia harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kelasnya. Kegiatan siswa baru yang berkaitan dengan upaya penyesuaian diri dengan lingkungan kelas barunya itu merupakan suatu proses sosialisasi. Sosialisasi dapat terjadi dengan bantuan pihak lain. Pihak-pihak yang berfungsi sebagai pelaksana proses sosialisasi biasa disebut sebagai agen sosialisasi. Para agen sosialisasi ini memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Agen sosialisasi tersebut ialah keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, dan media massa. Masing-masing agen merupakan media dalam perkembangan kepribadian.
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama seorang anak memulai proses pembentukan kepribadiannya. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dan utama dalam mengenalkan berbagai nilai dan norma kepada anak. Anak akan berinteraksi dengan ayah, ibu, dan saudara kandung. Di dalam keluarga, orang tua memiliki peranan penting dalam meletakkan dasar-dasar bersosialisasi berupa nilai dan norma. Nilai dan norma yang ditanam di dalam keluarga akan menjadi dasar bagi anak untuk bersosialisasi di luar lingkungan keluarga.
b. Teman Sebaya
Agen kedua dalam proses sosialisasi ialah teman sebaya. Teman sebaya merupakan kelompok di luar keluarga yang memiliki peran yang cukup penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Di lingkungan teman sebaya, anak akan menemukan berbagai kepribadian. Dia mungkin akan menemukan nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang diterima di dalam keluarganya. Dengan demikian, anak akan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan teman sebayanya. Dalam usaha menyesuaikan diri tersebut, dapat terjadi proses pengaruhmemengaruhi. Jika kamu bergaul dengan teman-teman yang suka membaca, kamu pun mungkin akan terpengaruh menjadi seorang yang suka membaca. Jika kamu senang beribadah, sedangkan teman sebayamu tidak, dia mungkin akan mengikuti kebiasaanmu beribadah.
c. Sekolah
Sekolah memiliki sejumlah tata tertib yang harus dipatuhi warga sekolah. Dengan demikian, anak harus menyesuaikan diri dengan tata tertib tersebut. Di sekolah, anak mempelajari beberapa hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga ataupun teman sebaya. Sekolah memperkenalkan aturan baru yang diperlukan bagi para siswa untuk mulai belajar sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, aturan-aturan yang telah dipelajari anak di rumah dilengkapi dengan aturan-aturan baru yang dipelajari di sekolah menjadi bekal bagi anak untuk dapat hidup di masyarakat. Jadi, sekolah merupakan agen sosialisasi penghubung antara lingkungan keluarga dan masyarakat. Guru merupakan agen sosialisasi di sekolah yang berperan penting terhadap pembentukan kepribadian seorang anak. Anak belajar mandiri, contohnya sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Kerja sama dalam kelas hanya dibenarkan bila tidak melibatkan penipuan atau kecurangan. Anak belajar meraih prestasi. Sekolah menuntut siswa untuk berprestasi, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Kemampuan yang diperoleh serta keberhasilan maupun kegagalan yang dicapai menjadi dasar bagi penentuan peran di masa mendatang. Anak belajar mengenai universalisme. Setiap siswa mendapat perlakuan sama di sekolah. Seorang siswa mendapat perlakuan berbeda hanya bila didasarkan pada kelakuan siswa di sekolah-apakah ia berkemampuan, bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan sekolah. Anak belajar hal-hal yang spesifik. Kegiatan siswa serta penilaian terhadap kelakuan mereka dibatasi secara spesifik di sekolah. Ia dapat memperoleh nilai jelek dalam satu jam pelajaran, tetapi mungkin meraih prestasi dalam jam pelajaran berikutnya.
d. Masyarakat
Semua orang tinggal dan hidup dalam masyarakat. Di dalam masyarakat, berlaku berbagai adat-istiadat, nilai, dan norma. Dalam memahami adat-istiadat, nilai, dan norma yang berlaku di masyarakat, setiap orang selalu berusaha melakukan sosialisasi agar dirinya dapat diterima keberadaannya di masyarakat. Proses mempelajari adat-istiadat masyarakat setempat itu sangat penting. Jika seorang gagal dalam bersosialisasi dengan lingkungan masyarakatnya, dia akan mengalami kesulitan atau menimbulkan kesulitan bagi lingkungannya. Maka, kita akan mendengar orang mengatakan 'tidak tahu adat'.
e. Media
Media massa merupakan agen sosialisasi yang cukup menarik. Perkembangan teknologi dan informasi media massa seperti koran, majalah, televisi, radio, film, video, dan buku (komik, novel) mempunyai peran yang besar dalam proses sosialisasi. Apa yang dibaca dan yang ditonton akan berpengaruh pada perkembangan pengetahuan. Adakah di antara kamu yang tidak suka menonton televisi? Televisi menawarkan beraneka acara: sinetron, musik, film, berita, infotainmen. Banyak tayangan yang dijadikan model bagi pemirsanya. Di antaranya ada yang berdampak positif bagi sosialisasi maupun berdampak negatif. Contoh dampak negatif media massa bagi kepribadian seseorang ialah tindak kekerasan yang dapat ditiru oleh penonton. Iklan-iklan yang ditayangkan juga dapat mengakibatkan pemirsa menjadi konsumtif. Jadi, jika informasi yang disampaikan media massa itu sesuai dengan norma sosial yang berlaku, dapat terbentuk kepribadian yang positif. Sebaliknya, jika informasi tersebut negatif, dapat terbentuk kepribadian yang kurang baik. Oleh sebab itu, kita harus menyeleksi bahan bacaan dan tontonan kita.
1.2.1 Kehidupan Sosial Anak Jalanan
Menatap keindahan yang ada dalam kehidupan sekitar kita adalah hal yang biasa kita lakukan, namun apakah kita sendiri menyadari bahwa dalam kehidupan yang kita jalani ini terdapat banyak hal-hal yang sebenarnya jauh dari kata indah dan juga bahagia, kita hanya merasakan, melihat serta memperdulikan hanya pada apa yang menguntungkan, dan juga berhubungan dengan diri kita, padahal ketika kita melihat lebih dalam dari kehidupan yang selalu membayangi kita, banyak sosok yang dalam hidupnya masih membutuhkan kita. Kehidupan seperti yang kita rasakan tak semua orang memilikinya, salah satunya adalah para anak jalanan yang hidup di pinggiran kota, mereka adalah salah satu dari banyak orang yang hidupnya belum mencapai kesejahteraan. Kerasnya kehidupan di perkotaan yang terkenal membuat mereka menjadi orang-orang yang kuat dan juga tegar dalam menjalani beratnya kehidupan, apapun mereka lakukan agar dapat menyambung kehidupan. Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa baik secara fisik dan juga psykis yang menghabiskan sebagian waktunya di jalanan untuk mendapatkan uang demi menyambung kehidupan. Dalam asumsi masyarakat, ketika mendengar kata anak jalanan pastilah hanya hal buruk yang terbayang oleh kita, padahal tak semua anak jalanan melakukan hal-hal buruk untuk menyambung hidupnya, ada yang menjadi pengamen, pedagang, tukang parkir, dan masih banyak lagi kegiatan yang mereka lakukan untuk menyambung hidup namun tanpa mengganggu , tapi hanya sedikit yang seperti itu, karna sebagian besar dari mereka lebih memilih menjadi pengamen, karna menurut keterangan mereka menjadi pengamen tak hanya bertujuan mendapatkan uang tapi juga telah mereka anggap sebagai media dalam bersosialisai dalam komunitasnya. Pergaulan dan juga persahabatan adalah hal terpenting untuk mereka selain berjuang untuk hidupnya masing-masing, disanalah mereka menemukan arti kekeluargaan yang sebenarnya, karna tak sedikit dari mereka yang tergabung dalam komunitas mereka tak memiliki keluarga dan juga tempat untuk pulang dan telah menganggap bersama komunitas tersebut adalah keluarga dan juga tempat mereka untuk pulang. Anak jalanan seharusnya juga memiliki hak yang sama seperti kita yakni hak untuk mendapatkan tunjangan kesehatan, keamanan, kenyamanan, serta pendidikan yang layak. Dalam pasal 9 ayat (1) UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”, tapi kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, bahkan mereka (anak jalanan) banyak yang tidak tau tentang adanya program pendidikan untuk mereka. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka, sebab, anak bukanlah orang dewasa yang seharusnya bekerja, namun anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa. Kita tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah pondasi pendidikan yang nyata, tanpa kasih sayang, pendidikan yang ideal tak mungkin dapat dijalankan. Pendidikan tanpa adanya cinta seperti sayur tanpa garam, yang meskipun bisa diterima namun akan hambar. Pendidikan pada hakekatnya bertujuan membentuk karakter anak menjadi anak yang baik. Khusus untuk anak jalanan pendidikan luar sekolah yang sesuai adalah dengan melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah rumah singgah.
Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut .rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses non formal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat. Tujuan dibentuknya rumah singgah adalah resosialisasi yaitu membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan memberikan pendidikan dini untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif. Namun yang terjadi sekarang adalah kebalikannya, mereka seolah-olah hanya dianggap sebagai orang-orang yang mengganggu, kehidupan mereka yang keras dan sulit semakin dipersulit tiap harinya, tempat tinggal mereka dirusak, mereka ditangkap dan diperlakukan tak selayaknya masyarakat pada umumnya. Fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting, fungsi rumah singgah antara lain :
1. Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.
2. Rehabilitasi, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.
3. Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan dll. Lokasi rumah singgah harus berada ditengah-tengah masyarakat agar memudahkan proses pendidikan dini, penanaman norma dan resosialisasi bagi anak jalanan.
Bisa kita lihat sekarang bahwa banyak masyarakat yang sangat kecewa dengan pemerintahan kita, selain banyak mengumbar janji yang tak pernah mereka tepati, mereka juga semakin menambah penderitaan anak-anak jalanan bahkan seluruh masyarakat dengan melakukan korupsi. Hukum yang seharusnya menjadi tonggak keadilan telah mulai berubah, hukum sekarang tak hanya berpihak kepada suatu kebenaran, namun memihak kepada siapa yang punya harta dan juga kedudukan. Inilah yang membuat kita sebagai manusia yang dianggap makhluk sempurna dinilai tak berbeda dengan hewan yang memberlakukan hukum rimba pada hewan lainnya. Selain itu perlakuan aparat terhadap anak-anak jalanan banyak yang jauh melenceng dari prosedur. Mereka dilicehkan, dihina, bahkan dianiaya ketika dalam karantina. Pengalaman pahit itulah yang membuat masyarakat, terutama yang berpendidikan rendah dan dalam kondisi pemikiran yang labil menjadi mudah terpengaruh dengan ideologi baru yang mereka anggap lebih baik dari ideologi yang dianut oleh pemerintah, sehingga terorisme makin marak terjadi di negara kita. Salah satu alasan terorisme ada di Indonesia adalah karena mulai hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan juga hukum yang berlaku di Indonesia. Semoga sistem pemerintahan kita akan semakin baik, karna tanpa adanya perubahan maka masyarakat yang ideal hanya sebuah angan belaka dan bahkan takkan pernah bisa terjadi serta apa yang dicita-citakan bangsa ini hanya akan menjadi isapan jempol belaka. Jika pemerintah ingin bangsa ini maju, utamakanlah kepentingan masyarakatnya terlebih dahulu dibanding kepentingan pribadinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar